kumpulan puisi sajak

Rabu, 13 April 2011

Umar Abduh: Ini Teror Petasan


Serangkaian teror bom buku yang marak akhir-akhir ini sudah sangat meresahkan. Seperti diketahui bingkisan bom jenis low eksplosif (daya ledak rendah) berbentuk buku “mampir” di beberapa tempat seperti di kantor berita 68H Utan Kayu Jakarta Timur, kantor kepala BNN Goeris Mere ,Cawang Jakarta, rumah ketua umum Pemuda Pancasila Yapto Soeryosoemarno, musisi Ahmad Dani serta kawasan pemukiman elit Kota Wisata Cibubur. Maraknya aksi teror tersebut juga menjadi perhatian oleh Umar  Abduh pengamat Intelejen yang juga mantan teroris dalam kasus pembajakan pesawat Woyla.
Umar menilai bahwa serangkaian teror yang akhir-akhir ini marak belum bisa dikatakan sebagai teror bom. “Ini teror petasan” ucap Umar. Dia juga memandang bahwa kegiatan aksi teror ini hanya sebagai pengalihan isu WikiLeaks. Selain itu umar juga mencurigai bahwa maraknya aksi teror bom yang low eksplosif saat ini di dalangi oleh Densus 88. “Densus sudah tidak punya proyek, karena Densus di daerah sudah di bekukan, Densus di pusat pun sudah dirubah menjadi densus anti anarkis, ” tandas Umar. Ia melihat bahwa motif dibalik kejadian tersebut adalah agar Densus 88 masih dipakai. “ Belum pernah ada sejarah teroris yang berani menantang langsung seperti ini ” ucap Umar. “ Kita harus ingat bagaimana BNN yang ketat seperti itu bisa dikirimi, kan ada pos penjagaan, metal detector ada cctv” tegas umar lagi.
Dia juga menilai bahwa meledaknya paket buku yang berisi bom low eksplosif di kantor berita 68 H Utan Kayu, Jakarta Timur beberapa waktu lalu memang di sengaja mengorbankan Kompol Dodi Rahmawan. “ Kalau buku itu tidak meledak ga rame, jadi ini ada unsur kesengajaan di korbankan itu kompol” tandasnya. Ia menilai bahwa pemerintah telah di manfaatkan dengan adanya aksi teror ini, serta merupakan pengalihan isu Wikileaks. Umar juga menyakini bahwa aksi yang marak akhir-akhir ini tidak ada hubungan nya dengan teroris atau apa yang disebut dengan pemain lama, meski beberapa pejabat negara mengatakan sebaliknya. Umar juga menilai bawa BIN tidak mengetahui gerakan teror yang marak belakangan ini, “BIN tidak tahu, BIN goblok” tegasnya, hal ini diungkapkan menanggapi pernyataan Kepala Badan Intelejen Negara beberapa waktu lalu yang menyatakan "Penanganan teror yang sifatnya individu enggak mudah," kata Sutanto dalam jumpa pers di Kantor Menko Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Selasa (15/3/2011). Diakhir pembicaraan nya Umar kembali menegaskan “ Hanya produsenlah yang bisa mengecek dimana produknya berada”.
Bagaimana pun juga sampai saat ini masyarakat Jakarta merasa tidak aman dan resah dengan maraknya aksi teror bom buku tersebut, masyarakat menunggu kinerja aparat pemerintah menggungkap kasus teror bom buku yang kian marak akhir-akhir ini.

0 komentar: